MCI.com, Ciledug – Polsek Ciledug Kota Tangerang akan melakukan langkah deteksi dan kewaspadaan dini masyarakat terhadap aksi tawuran remaja yang kerap terjadi di lingkungan masyarakat dengan gagasan strategis bertajuk Tim Anti Tawuran (TAT).
Hal itu diungkapkan Kaplosek Ciledug Kompol R.A. Dalby, S.Pd., M.H. saat jumpa tim media dalam rangka silaturahmi lebaran di Polsek Ciledug, Sabtu (5/4/2025).
“Iya sebagai langkah deteksi dini dari tawuran remaja di wilayah Ciledug dan sekitarnya, saya akan bentuk tim anti tawuran disingkat TAT di setiap kelurahan, pakai rompi khusus sebagai identitas tim,” kata Dalby sapaan akrab Kapolsek Ciledug.
Selain itu, Program TAT ini digagas Dalby dalam rangka mendukung program Asta Cita yang telah ditetapkan Pemerintah RI, yaitu poin ke tujuh dan delapan.
Pada poin tujuh Asta Cita yaitu memperkuat reformasi politik, hukum, dan birokrasi, serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkoba; dan poin delapan yaitu memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Menurut Kapolsek Ciledug, pembentukan Tim Anti Tawuran ini bukan sekadar gagasan teknis, tetapi lahir dari pengalaman hidup pribadi dan panjangnya karier beliau di berbagai wilayah rawan tawuran.
“Saya lahir dan besar di Makassar, sebuah kota yang terkenal dengan kerasnya dinamika sosial dan budaya konflik jalanan. Saya tumbuh di lingkungan yang akrab dengan fenomena tauran sejak remaja. Dari situ saya belajar, bahwa pencegahan harus dilakukan dari hulu, bukan menunggu terjadi di hilir,” ungkap Dalby di ruang kerja Kepala Polsek Ciledug.
Sebelum menjabat sebagai Kapolsek Ciledug, Kompol R.A. Dalby pernah menduduki jabatan penting di wilayah hukum Polda Metro Jaya, termasuk sebagai Wakapolsek Kebayoran Baru dan Wakapolsek Tebet. Pengalaman beliau di dua wilayah tersebut memperkuat visinya dalam mengelola potensi konflik sosial, terutama di kalangan remaja.
“Saat saya bertugas di Tebet dan Kebayoran Baru, saya menyaksikan sendiri bagaimana tawuran di kawasan Manggarai menjadi kejadian rutin. Tahun 1996 dan 1997, bentrokan antar kelompok pemuda di sana sangat intens. Bahkan terkadang berlangsung berhari-hari dan mengganggu ketertiban umum,” ujarnya.
Dari pengalaman itulah, Dalby menilai bahwa pendekatan humanis dan partisipatif dari masyarakat sangat penting. Oleh karena itu, dalam program TAT ini, masyarakat dilibatkan aktif, terutama tokoh-tokoh muda di setiap kelurahan. Mereka akan diberikan pelatihan singkat tentang deteksi dini potensi tawuran, serta dibekali komunikasi efektif dan strategi mediasi.
“Rompi ini bukan sekadar atribut. Ini simbol kehadiran warga yang peduli, yang siap meredam emosi dan ketegangan di lapangan. Mereka bukan aparat, tapi mitra kami di garis depan pencegahan,” tambahnya.
Kapolsek Ciledug juga menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor. Ia mengajak aparat kelurahan, tokoh masyarakat, dan para orang tua untuk ikut serta dalam pengawasan dan pembinaan remaja.
“Jangan serahkan sepenuhnya pada polisi. Mari kita jaga kampung kita bersama. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?” ujar Dalby menutup keterangannya.
Harapannya Program TAT ini direncanakan akan mulai efektif dijalankan pada pertengahan April 2025, dengan peluncuran perdana di salah satu kelurahan rawan konflik di Ciledug ke depan.
Terkait program tim anti tawuran ini, Melvin Boy selaku penggiat dan pemerhati kewaspadaan dini masyarakat dan jurnalis media siber, menyatakan dukungan dan apresiasinya atas perhatian dan kepedulian Kapolsek Ciledug kepada lingkungan masyarakat Ciledug.
“Tentu saja kami sebagai masyarakat sangat mendukung dan apresiasi kepada Kapolsek Ciledug Bapak Dalby atas program anti tawuran melalui TAT ini. Harapannya ke depan angka tawuran remaja di Ciledug dan sekitarnya bisa menurun melalui deteksi dini TAT. Ini wujud nyata Polri untuk Masyarakat,” pungkasnya.(bo)